Kekeringan Berkepanjangan, MTsN 1 Pati Gelar Shalat Istisqa’ di Halaman Madrasah

Pati, Portaljateng.com – Akibat kekeringan berkepanjangan yang melanda di berbagai wilayah membuat sebagian orang melaksanakan sholat istisqa’. Hal yang sama pun dilakukan oleh warga MTsN 1 Pati pada Kamis pagi (11/10). Sholat istisqa’ yang digelar di halaman madrasah ini merupakan sebagai bentuk ikhtiar warga madrasah memohon kepada Rabb-Nya agar segera diberikan hujan yang berkah.

Bersama beberapa guru lainnya yang menginisiasi pelaksanaan sholat istisqa’, Ali Musyafak, Kepala MTsN 1 Pati mengatakan bahwa sebagai makhluk Allah, terutama bagi seorang muslim wajib hukumnya memuja, berdoa, dan memohon kepada Allah, baik dalam keadaan senang, susah, bahkan dalam keadaan kemarau panjang seperti yang terjadi saat ini.

“Kita wajib memohon kepada Allah melalui shalat istisqa’ bersama. Dengan memuji, berdoa, dan memohon kepada Allah, Allah pasti merasa senang dan bahagia. Jika Allah bahagia, maka Allah pasti akan memberi apa yang kita butuhkan,” jelasnya.

Selain ikhtiar secara lahir, yaitu dengan pengadaan air bersih setiap hari baik dari pihak madrasah maupun bantuan dari wali murid dan berbagai instansi lainnya, Syafak menyebutkan, ikhtiar secara batiniah sangat perlu dilakukan.

“Dalam keadaan apapun, kita tingkatkan rasa cinta kita kepada Allah agar kita tidak kufur sampai akhir hayat nanti, agar kita husnul khotimah, dan akhirnya kita selamat bahagia dunia akhirat. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, semoga menjadi amal jariyah panjenengan semua yang akan dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang melimpah dan berkah,” pungkasnya.

Sholat istisqa’ dikemas dalam kegiatan istiqomah, yaitu setelah sholat isyraq dan dhuha. Para jam’ah tampak khusu’ dengan imam sholat, Kyai Supirso Al Hafiz, dilanjutkan dengan khutbah yang disampaikan Kyai Moh. Mujib.

“Hari ini, kita berkumpul dalam kebersamaan, bermunajat mengetuk pintu langit mengharap keberkahan turunnya hujan untuk keberlanjutan kehidupan bumi,” ujar Kyai Mujib mengawali khutbah.

Lebih lanjut, dalam khutbahnya, Kyai Mujib mengajak kepada para jama’ah untuk bermuhasabah diri, menyadari, dan menguatkan komitmen untuk lebih menjaga kondisi lingkungan sekitar.

“Semua itu harus diawali dari setiap individu yang kemudian akan menjadi sebuah gerakan kolektif untuk merawat lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan. Kemarau panjang yang saat ini kita rasakan juga harus menjadi bahan evaluasi bagi kita. Kondisi cuaca kian tidak menentu. Siklus musim penghujan dan musim kemarau sulit diprediksi. Musim dan suhu panas bumi semakin tinggi akibat dari semakin gundulnya pegunungan dan tandusnya lahan dampak penebangan pohon secara masif dan sembarangan. Maka, sudah seharusnya kita segera menyadarinya dan menguatkan komitmen untuk lebih menjaganya,” ajaknya.

“Pada momentum musim kemarau ini, mari kita merenung, beristighfar, dan bertaubat kepada Allah atas segala kesalahan kita, khususnya sikap tidak bertanggungjawab kita dalam menjaga lingkungan. Istighfar dan bertaubat menjadi salah satu wasilah keberkahan turunnya air hujan dari langit sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Nuh ayat 10-11,” imbuh Kyai Mujib.
Kegiatan diakhiri dengan do’a menyebut 25 nabi dan 10 malaikat, mahalul qiyam, serta bermusafahah.

(Why/Sty)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Dilarang untuk menyalin artikel ini tanpa izin !!