Asesmen Pembelajaran Sangat Diperlukan Untuk Meningkatkan Mutu Layanan Siswa MTsN 1 Pati

Pati, Portaljateng.com – Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya kurang lebih, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujadalah : 11).

Betapa bahagianya orang yang beriman dan berilmu, karena mereka akan mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Allah. Untuk bisa mendapatkan ilmu kita harus belajar dengan seorang guru, dan agar guru bisa mendidik dengan baik, seorang guru harus pula memahami karakter dan kemampuan siswa yang dididik. Itulah tugas mulia seorang guru, di samping mendidik, guru juga harus mengajar, melayani siswa dengan sepenuh hati dan sebaik-baiknya. Agar tidak salah dalam melayani siswa, seorang guru sangat perlu melakukan asesmen atau penilaian, baik asesmen awal, asesmen proses, dan asesmen akhir dalam pembelajaran.
Asesmen atau penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, Senin (9/10/2023).

Di dalam Kurikulum Merdeka, satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan jenis, teknik, bentuk instrumen, dan waktu pelaksanaan asesmen berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran.

Satuan pendidikan dan pendidik juga memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi pengolahan hasil asesmen sesuai kebutuhan. Satuan pendidikan dan pendidik menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.

Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.
Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah dan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai selanjutnya.

Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut.
Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Asesmen Diagnosis

Untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran dalam implementasi kurikulum merdeka (IKM), para Guru memerlukan di keterangan kondisi awal mengenai peserta didik yang sudah diterima di madrasah/ sekolah. Maka perlu dilaksanakan Asesmen Diagnostik di awal tahun pelajaran yaitu berupa Tes Psikologi dan Tes Matrikulasi yang soalnya bisa dalam bentuk Multiple Choice, Complex Multiple Choice, True False, dan Selected Response beralasan.

Asesmen diagnostik merupakan penilaian/asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam.

Dengan terlaksananya asesmen diagnostik di sekolah telah memberikan banyak hal positif sampai dengan semangat tersendiri bagi para guru, sehingga para guru dapat menyesuaikan dan merancang metode, model dan media pembelajaran yang sesuai kemampuan peserta didik untuk menyampaikan materi capaian pembelajaran.

Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua peserta didik di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian, guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan peserta didik. Asesmen diagnosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asesmen diagnosis kognitif dan asesmen diagnosis non kognitif.
Asesmen Formatif dan Sumatif

Ada dua asesmen yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka, yaitu asesmen formatif dan sumatif.

Asesmen formatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memberikan informasi atau umpan balik kepada guru maupun siswa agar dapat memperbaiki proses belajar. Asesmen ini dilakukan di awal pembelajaran, pertengahan pembelajaran, akhir pembelajaran, maupun sepanjang pembelajaran berlangsung.

Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran bertujuan untuk memberikan informasi kepada guru mengenai kesiapan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sekaligus kesiapan mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Artinya, asesmen ini tidak digunakan untuk keperluan penilaian hasil belajar siswa yang dilaporkan dalam rapor.

Sementara jika asesmen formatif dilakukan di pertengahan, akhir, atau sepanjang pembelajaran berlangsung bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa sekaligus memberikan umpan balik yang cepat kepada guru, misalnya mengenai pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan.

Jika siswa sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, maka guru dapat melanjutkan ke tujuan pembelajaran berikutnya. Namun, jika tujuan pembelajaran belum tercapai, maka guru perlu melakukan penguatan terlebih dahulu sebelum lanjut ke tujuan pembelajaran.

Dilansir dari Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kemendikbud, asesmen formatif adalah asesmen yang diutamakan daripada asesmen sumatif. Hal ini dikarenakan, asesmen ini lebih berfokus pada perkembangan kompetensi siswa daripada hasil akhir.

Harapannya, asesmen ini akan meningkatkan kesadaran siswa bahwa proses pembelajaran lebih penting daripada hasil akhir.

Asesmen sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memastikan tercapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Itulah mengapa, asesmen ini sering dilakukan di akhir proses pembelajaran, seperti di akhir semester, akhir tahun ajaran, atau akhir jenjang pendidikan.

Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif dapat mempengaruhi nilai rapor siswa dan menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang pendidikan berikutnya. Itu artinya, siswa yang tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran atau tidak memenuhi standar pencapaian pembelajaran yang telah ditetapkan, bisa saja tidak naik kelas atau tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.

Perlu diketahui bahwa guru tidak hanya dapat menggunakan teknik atau instrumen tertentu untuk melakukan asesmen sumatif, seperti tes tertulis, tapi juga bisa menggunakan teknik lain, seperti observasi, praktik, mengerjakan proyek, dan membuat portofolio.
MTsN 1 Pati sebagai Madrasah Pilot Project Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) telah melaksanakan beberapa asesmen yaitu asesmen diagnosis dan asesmen tengah formatif yang pelaksanaannya masih berlangsung sampai tanggal 13 Oktober mendatang.

Untuk asesmen diagnosis, MTsN 1 Pati bekerja sama dengan Edubrand Indonesia dalam bentuk Student Diagnostik Assesment Test (SDAT) pada awal bulan Agustus 2023.
Dari asesmen diagnosis diperoleh beberapa informasi tentang kondisi siswa baru kelas 7 tahun pelajaran 2023/2024.

Dari segi Intelligence Quotient (IQ) diperoleh data 63 siswa (17,45%) di bawah rata-rata (80- 89), 178 siswa (49,31%) sedang (90- 108), dan 120 siswa ( 33,24%) di atas rata-rata (109- 124). Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan rata-rata IQ siswa kelas 7 berada pada posisi sedang.

Dari segi academic potential (kemampuan akademik) didapat data sebagai berikut: kemampuan literasi membaca siswa kelas 7 MTsN 1 Pati adalah sedang (kuning), artinya 50,97% siswa telah mencapai kompetensi minimal, sedangkan kemampuan numerasinya kurang (merah), baru 4,16% siswa yang mencapai kompetensi minimal.

Dari segi learning style (gaya belajarnya) 223 siswa (61,77%) bergaya belajar visual, 140 siswa (38,78%) bergaya auditory, dan 55 siswa (15,24%) bergaya belajar kinestetik.

Adapun hasil tes kecerdasan ganda (multiple intelligences test) didapatkan hasil, 46 siswa linguistik, 63 siswa logika matematik, 46 siswa visual spasial, 57 siswa kinestetik, 71 siswa musikal, 213 siswa interpersonal, 72 siswa intrapersonal, dan 88 siswa naturalis.

Melalui asesmen diagnosa tersebut, semua guru dapat memahami perbedaan individual siswa, sehingga dapat melayani sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing.

Akhirnya, dapat meningkatkan mutu pendidikan di MTsN 1 Pati, terutama mutu layanan untuk 3 tahun ke depan, sehingga para siswa keluar dari MTsN 1 Pati dapat lebih meningkatkan kualitas pribadinya untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi dan menghadapi kehidupan nyata berikutnya.

Ali Musyafak/Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Dilarang untuk menyalin artikel ini tanpa izin !!