PATI, Portaljateng.com – Produksi padi dari tahun 2022 ke 2023 wilayah Kabupaten Pati mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan banjir yang menggenangi ribuan hektare lahan sawah di sekitaran bantaran Sungai Silugonggo. Padahal, sejatinya Pati merupakan salah satu daerah lumbung pangan di Provinsi Jawa Tengah.
Gunawan Kabid Penyuluh Pertanian pada Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Pati menyampaikan, jika dikalkulasikan terdapat penurunan sebesar 5,15 persen. Padahal, Kabupaten Pati sendiri ditarget harus surplus padi setidaknya 0,2 persen setiap tahunnya.
“Target kita harus naik 0,2 persen dari tahun sebelumnya. Tetapi sejak 2022 ke 2023 itu justru ada penurunan produksi sebesar 5,15 persen. Maka kita harus bersama-sama untuk meningkatkan,” tuturnya, Selasa (2/7).
Untuk di tahun 2024 ini, Gunawan berharap tidak kembali lagi terjadi penurunan jumlah produksi. Meskipun sempat terjadi gagal panen pada Musim Tanam (MT) I akibat banjir, dan gagal panen akibat kekeringan di MT II di sebagian wilayah.
Untuk itu, Gunawan mendorong kepada Petugas Penyuluh Pertanian atau PPL yang ada di setiap kecamatan untuk bisa memberikan penyuluhan kepada para petani. Salah satunya adalah dengan beberapa inovasi seperti adanya penggunaan obat pertanian dengan teknologi nano yang sekarang ini mulai dikembangkan.
Karena menurutnya, teknologi satu ini sudah berhasil digunakan oleh beberapa petani. Dan hasilnya, tanaman jadi tahan terhadap panas dan mampu menghasilkan bulir padi lebih banyak.
“Desa dan PPL harus berperan aktif agar produksi bisa meningkat. Pati kan salah satu penghasil beras di Jawa Tengah. Karena musim kemarau di MT 2 ini, membuat sebagian besar petani mengalami gagal panen,” tambahnya.
Disamping menggunakan teknologi, salah satu upaya dalam meningkatkan produktivitas padi adalah dengan membuat sumur resapan sebagai bentuk antisipasi saat memasuki musim kemarau. Akan tetapi untuk antisipasi akibat bencana banjir, normalisasi sungai dirasa oleh Gunawan adalah langkah yang harus diambil oleh dinas terkait.