PATI, Portaljateng.com | Badan Koordinasi Sekolah Minggu Buddha (BKSMB) Kabupaten Pati menggelar kegiatan Sanghadana Kathinadana tahun 2024 atau 2568 BE. Acara diawali dengan prosesi Pindapata pukul 06.00 WIB, dengan rute Wihara Eka Dhamma Loka di Desa Ngawen menuju ke Wihara Bodhi Kaloka di Desa Karangsari yang berada di Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati.
Pada pukul 08.00 WIB, mulaila Khatinadana yang diikuti anak-anak sekolah minggu agama Buddha se-Kabupaten Pati di Wihara Bodhi Kaloka. Sebanyak 425 peserta dari siswa sekolah minggu antusias mengikuti kegiatan yang menghadirkan para bhante dari berbagai daerah.
Acara tersebut diiringi dengan ritual puja yang dilangsungkan oleh 9 anak dengan membawa berbagai benda, antara lain lilin, hio (dupa), bunga, buah-buahan, serta air. Beberapa media itu mengejawantahkan simbol persembahan.
“Penyelenggara acara ini dari BKSMB, organisasi yang menampung guru sekolah minggu agama Buddha. Ini program rutin di tiap hari besar keagamaan Buddha, paling gak setahun sekali dilangsungkan se-Kabupaten Pati, saat inilah kami punya waktu yang tepat,” ungkap Ketua BKSMB Kabupaten Pati, Minggu, 27 Oktober 2024.
Ia menjelaskan saat berlangsungnya Sanghadana Kathinadana , 8 bhante dan 1 suhu menjalani Pindapata. Para tokoh agama Buddha itu berjalan kaki dari Desa Ngawen ke Desa Karangsari dengan disambut ummat yang stand by. Ummat yang menyambut kehadiran para tokoh Buddha itu memberikan sejumlah makanan serta kebutuhan pokok kepada bhante dan suhu yang menjalani Pindapata hingga ke tujuan, yakni Wihara Bodhi Kaloka.
“Kata ‘pinda’ berarti berpindah, dan kata ‘pata’ artinya mangkuk. Bhante dan suhu melakukan Pindapata yang artinya berjakan kaki Wihara Eka Dhamma Loka menuju ke sini (Wihara Bodhi Kaloka). Saat Pindapata bhante dan suhu menerima makanan dari ummat, itu merupakan tradisi sejak zaman Sang Buddha karena sangha dan bhikku butuh makanan selama di perjalanan, otomatis ummat memberikannya,” ucapnya.
Dalam pantauan, peserta acara dari berbagai sekolah dan wihara mengikuti ritual keagamaan dengan khidmat nan penuh penghayatan. Jumi’ah pun berharap ke depan dapat menyelenggarakan acara keagamaan yang lebih baik lagi dan dapat mempersatukan para ummat agama Buddha.
“Antusiasme cukup tinggi, data yang kami terima sebelumnya ada 425 peserta sekolah minggu, namun ternyata jumlah lebih banyak hampir 500 peserta karena anak-anak ada yang ditemani para pendamping. Tak ada kendala apapun pada acara ini, harapannya setelah ini bisa mengadakan acara yang lebih sempurna lagi,” ujarnya.
Sementara, Bhante Dhammajoto yang mengisi kegiatan Kathinadana menuturkan rasa bangga pada acara ini, karena berbagai golongan ikut dalam satu perayaan. Hal ini menandai bahwa ummat Buddha di Kabupaten Pati menjalin keharmonisan dan kekeluargaan.
“Kegiatan ini antusias sebab tanpa melihat sekte atau golongan, darimana saja mereka satu perayaan di acara yang kita sebut Khatinadana. Mereka ada dari berbagai wihara, baik itu di bawah binaan Sangha Agung Indonesia dan Theravada Indonesia, harapannya ummat Buddha di Indonesia khususnya Pati terjalin keharmonisan menjalin kekeluargaan bersama karena kita pada dasarnya sama-sama murid sang Buddha,” harapnya.
Menurut tokoh Sangha Agung Indonesia itu, makna kegiatan ini untuk meningkatkan keyakinan umat Buddha. Ia berpesan kepada ummat Buddhis supaya membersamai para bhikkh demi pengembangan dan kelangsungan agama Buddha di Nusantara.
“Makna pertemuan ini untuk meningkatkan keyakinan Buddha, serta pesan kami ummat Buddha tetap bisa meyokong para bhikku untuk pengembangan dan kelangsungan agama Buddha karena para bhikku, ajaran Buddha tetap lestari yang mana mengenban tugas melestarikan dharma di Nusantara,” pungkasnya.
Red