JEPARA, Portaljateng.com – Pencatatkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) 6.300 perempuan berkebaya menyeduh dan minum kopi berlangsung di gelar di Pantai Tirto Samudera Bandengan Minggu (12/5- 2024).
Kopi-kopi yang digunakan untuk kegiatan pemecahan rekor Muri menyeduh dan minum kopi terbanyak berasal dari produksi lokal.
Disuplai secara swadaya oleh desa-desa penghasil komoditas kopi di Jepara.
Hadir dalam.acara tersebut Kapolda Jateng Irjen Ahmad Lutfhi, Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta dan Forkopimda Jepara.
Para kepala desa atau petinggi meyakini, kontribusinya tersebut bisa mendorong perluasan pasar kopi khas Jepara.
Kegiatan masal ini, juga dinilai dapat meningkatkan posisi tawar produk kopi Jepara.
Seperti yang diharapkan oleh Petinggi Kunir, Kecamatan Keling, Sucipto.
”Semoga dengan kegiatan ini, kopi-kopi di Jepara, khususnya dari Kecamatan Keling semakin dikenal luas,” tuturnya.
Dari Kecamatan Keling, selain Desa Kunir ada tiga desa lain penghasil kopi. Meliputi, Desa Damarwulan, Tempur, dan Watuaji.
Masing-masing desa tersebut, berpartisipasi menyuplai 10 kilogram bubuk kopi robusta.
”Kemarin sudah kita kirim,” kata Sucipto.
Ditempat terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara Zamroni Lestiaza menjelaskan, kegiatan itu dilaksanakan tanpa merogoh kocek Pemkab Jepara. Dan terselenggara murni dari swadaya masyarakat.
Kopi yang digunakan untuk acara pemecahan rekor, berasal dari swadaya paguyuban kopi. Tersebar 15 desa di tujuh kecamatan.
Melalui kegiatan ini (pemecahan rekor Muri, Red), kami ingin mengajak masyarakat Jepara untuk mencintai produk lokal. Juga mengenalkan produk UMKM, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan warga,” kata Zamroni.
Dia menuturkan, Pemkab Jepara memberikan apresiasi kepada para peserta atas kontribusi dalam penyelenggaraan acara ini. Sebab, kegiatan masal itu dapat tergelar atas bantuan para donatur.
Selain dari pihak desa penghasil kopi, paguyuban kopi, juga kalangan pengusaha yang mendukung sajian atraksi budaya.
Event ini, diharapkan dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat identitas budaya.
Juga meningkatkan apresiasi terhadap peran perempuan serta menjadi ajang promosi kekayaan alam, wisata, dan budaya Kota Ukir.
(Rud)