Pati, Portaljateng.com – Rahmat (pertolongan Allah) diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki, karena itu merupakan hak prerogatif Allah Swt. Ada beberapa kisah dan sejarah yang pernah kita dengar, zaman Nabi Musa As, ada kaum Majuzi yang selama hidupnya selalu berbuat dosa besar. Namun pada akhir hayatnya ia husnul khotimah hanya karena saat ia melihat kitab Taurat, ada tulisan Muhammad, ia sangat kagum dan ingin bertemu dengan Baginda Rasulullah.
Alkisah, ada seorang hamba yang sudah masuk surga, saat ditanya oleh Malaikat, kenapa ia bisa masuk surga, ia menjawab dengan lantang, ia masuk surga karena ia rajin beribadah dan tidak berbuat dosa sekecil apapun saat hidup di dunia. Mendengar jawaban sombong itu, Malaikat diutus Allah untuk menurunkan ia dari surga dan dimasukkan ke dalam neraka-Nya.
Hal itu lantaran ada rasa sombong di dalam dirinya, sesungguhnya ia masuk surga itu hanya karena rahmat Allah, andaikan seumur hidup kita untuk ibadah terus, tidak pernah maksiat, apalagi berbuat dosa sekecil apapun, maka tidak cukup untuk membeli surga.
Begitu pula dengan Kemerdekaan bangsa Indonesia yang ditandai Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah murni campur tangan dan pertolongan (rahmat) Allah Swt.
Betapa tidak..? Kurang gigihkah para pejuang kemerdekaan saat itu, kurang sabarkah para pejuang saat itu, kurang berkorbankah para pejuang saat itu?
Tetapi selama 350 tahun di bawah penjajahan Belanda, dengan perjuangan seluruh potensi para syuhada pun belum diberikan kemerdekaan.
Ditambah dengan 3,5 tahun dilanjutkan oleh yang mengaku saudara tua kita, si penjajah Jepang pun, Allah belum mengizinkan untuk merdeka. Baru saat Allah mengirimkan bom atomnya ke Nagasaki dan Herosima, maka Allah baru mengizinkan bangsa Indonesia memproklamirkan diri melalui suara tegas Soekarno Hatta, untuk menjadi bangsa yang merdeka dari penjajah.
Hal itu diakui tegas oleh pendiri bangsa tercinta ini dengan diabadikan di dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke empat.
“Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Kenapa Allah Swt memberikan rahmat-Nya kepada bangsa Indonesia berupa kemerdekaan yang merupakan nikmat terbesar bagi bangsa yang agamis ini?
Menurut pemahaman saya, ada beberapa sebab Allah memberikan rahmat-Nya, antara lain,
Banyak para pejuang kemerdekaan yang shalih sebagai ahli bait (keturunan) Rasulullah Saw.
Ahli bait itu bagaikan tiangnya negara, semakin banyak ahli bait di suatu negara maka dapat dijamin negara tersebut pasti aman dan selamat.
Para pejuang kemerdekaan memiliki sifat dan sikap sabar, syukur, dan ikhlas dalam pengorbanan.
Dalam sebuah ayat disebutkan, “Mintalah pertolongan Tuhanmu dengan kesabaran dan shalat”. Jika di suatu negara masih banyak hamba yang shalat (sesungguhnya, bukan asal-asalan) dan sabar menghadapi semua ujian, serta syukur atas segala nikmat-Nya, maka dijamin Allah akan memberikan pertolongan-Nya.
Bangsa Indonesia rajin silaturahmi dalam menjalin persatuan dan kesatuan dengan kesetiaan.
Bisa kita bayangkan, peralatan canggih para penjajah tentunya tidak mustahil dikalahkan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia yang hanya berbekal senjata amat sederhana, bambu runcing.
Tetapi berkat persatuan bangsa Indonesia dari sabang sampai merauke, dari seluruh suku, ras, bahasa yang ada, dari kesetiaan terhadap negara, maka tak kan bisa dikalahkan oleh para mayor jenderal dari manapun asalnya.
Rasa cintanya bangsa Indonesia terhadap tanah airnya.
Cinta akan mengalahkan segalanya, karena cinta akan rela berkorban segalanya walau itu nyawa sekalipun. Cinta tanah air adalah sebagian dari iman, semakin tebal iman seseorang, maka semakin dicintai Allah, kalau dicintai Allah sudah pasti akan ditolong-Nya.
Dari beberapa hal itu, patutlah kalau Allah memberikan rahmat (pertolongan) kepada bangsa Indonesia.
Lalu, bagaimana sikap kita sebagai penikmat kemerdekaan dan rahmat Allah tersebut? Ada hal- hal mudah yang bisa kita lakukan namun manfaatnya amat besar. Hal itu antara lain,
Mensyukuri nikmat kemerdekaan ini sebagai nikmat terbesar setelah iman dan islam serta kesehatan.
Kita harus sadar betapa berat dan susahnya bangsa yang tidak merdeka, kita tidak akan bisa hidup bebas, tidak akan hidup nikmat, bahkan mungkin tidak bisa beribadah kepada Allah Swt. Maka, dengan kemerdekaan kita akan menjadi bangsa yang nikmat, bahagia, dan tekun beribadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Di samping itu, jika kita mau bersyukur atas nikmat Allah maka akan ditambah nikmatnya dan akan dijauhkan dari adzab yang besar.
Menjaga dan mempertahankan.
Betapa beratnya para pejuang dan pahlawan kemerdekaan Indonesia saat itu. Mereka rela berkorban harta benda, keluarga, dan nyawa sekalipun demi membela tanah air tercinta. Dosa besar kalau kita tidak mau menjaga negara ini dengan tetap mempertahankan semua yang telah dihasilkan oleh para pendiri negara ini, terutama Pancasila sebagai dasar negara kita, yang sudah berkali-kali mengalami rong-rongan dari segala penjuru, walaupun akhirnya tumbang juga mereka, karena Pancasila dengan sila-silanya merupakan hasil ijtihad para alim ulama’ pendiri negara ini.
Diakui atau tidak, ulama’ Indonesia mempunyai peran utama di dalam berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, para ulama’ dan para habaib, serta para tokoh nasional selalu mengedepankan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, maka sepatutnya kita wajib menjaga dan mengisinya dengan pendidikan-pendidikan karakter kebangsaan dan ke-Indonesia-an.
Menghormati dan meneladani para pejuang pahlawan kemerdekaan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghormati pahlawannya. Kita mungkin tidak bakal kuat kalau dihadapkan pada masalah-masalah besar seperti yang dihadapi oleh para pahlawan kemerdekaan saat itu. Maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai penerus perjuangan mereka untuk selalu menghormati jasa-jasanya dengan jalan:
Selalu mendoakan dalam setiap kesempatan, terutama kepada para pahlawan yang beragama Islam. Mereka adalah syuhada (orang yang mati berjuang di jalan Allah), wajib kita kirimi doa dengan suratul fatihah atau surat-surat lainnya.
Meneladani sifat dan sikap para pahlawan pejuang kemerdekaan dalam praktik kehidupan sehari-hari hari. Para pahlawan yang memiliki sikap rela berkorban, suka menolong, gotong royong, menjalin kesatuan dan persatuan, ikhlas, tabah, sabar, dan istiqomah itulah yang wajib kita teladani.
Menghormati dan memuliakan keluarganya. Semoga dengan ini, bangsa Indonesia akan mendapatkan keberkahan dan kemuliaan para pahlawan kemerdekaan kita, yang akhirnya Allah pun memberikan rahmat-Nya kepada kita bangsa Indonesia, sehingga Indonesia akan menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur, negara yang aman damai diakui dan dikagumi oleh dunia luar sebagai negara terbaik di dunia.
Salam Merdeka, NKRI harga Mati…!
Wallahu a’lam.
(Ist/Sty)