Pati, Portaljateng.com – Mendapatkan volunteer atau sukarelawan mahasiswa dari luar negeri adalah cita-cita dan keinginan besar saya sejak menjadi Kepala Madrasah. Di awali tahun 2004 saat itu sebagai kepala MIN 2 Jepara, kemudian di tahun 2006 Kepala MTsN 1 Jepara, tahun 2013 menjadi Kepala MTsN 1 Kudus, sampai dengan tahun 2018, saat mulai menjadi Kepala MTsN 1 Pati.
Namun rupanya Allah belum berkehendak, saya tetap sadar dan sabar karena ada sebuah dalil,
“Kita punya kehendak, Allah punya kehendak, dan kehendak Allah lah yang pasti terjadi”.
Pernah saya merasa bahagia, karena saya mendengar akan ada volunteer yang bersedia ditempatkan di MTsN 1 Pati. Namun sayang juga rupanya Allah lagi-lagi belum mengizinkan, karena saat itu (tahun 2020) terjadi pandemi dan semua aktifitas harus dihentikan, termasuk proses belajar mengajar. 3 tahun kemudian, tepatnya di awal tahun 2023 saya mendapat kabar gembira lagi, bahwa akan ada volunteer yang ditempatkan di MTsN 1 Pati.
Berkat kerja cerdas, kerja keras, kerja ikhlas, dan kerja tuntas dari sahabat saya “Pak Sa’dun” lewat De Javato, Jawa Tengah, akhirnya resmi MTsN 1 Pati kehadiran volunteer dari Italia, selama dua pekan yakni pada tanggal 7 hingga 20 Agustus 2023.
Miss Giulia namanya, volunteer asal Italia, gadis cantik, muda, berkacamata, ramah, dan sopan, turun dari mobil di halaman MTsN 1 Pati tepat pukul 14.00 WIB saat itu. Kehadirannya disambut meriah oleh seluruh siswa MTsN 1 Pati dengan musik angklung dan salam hormat persahabatan.
Dengan senyum khas lesung pipinya, gadis yang menjadi relawan sosial itu sesekali memeluk beberapa siswi bahkan guru MTsN 1 Pati. Betapa bahagianya mereka, tidak terhindarkan oleh sorak sorai tepuk tangan spontan meledak tanpa dikomando.
Mereka seakan-akan sudah kenal akrab dengan Miss Giulia yang memiliki kesukaan makan sate ayam dan tidak suka rasa pedas itu. Mereka seperti kedatangan bintang pujaan yang lama ditunggu dan bagaikan kejatuhan bintang yang indah nan mempesona.
Suasana keakraban masih berlanjut saat acara ceremony penerimaan Miss Giulia di indoor madrasah. Beberapa siswa dan siswi langsung menyerbu Miss Giulia dengan bahasa Inggris. Miss Giulia pun tidak mau kalah saing, ia menjawab semua pertanyaan dengan santun. Yang paling mengejutkan Miss Giulia malah menjawab pertanyaan dengan bahasa Indonesia dan Jawa, seperti
“Selamat sore, Matursuwun (terima kasih), dan Sami-sami (sama-sama)” maka dengan spontan semua yang hadir memberi apresiasi yang luar biasa dengan tepuk tangannya.
Penggugah Semangat dan Gairah Belajar siswa, seorang volunteer hanya bertugas mendampingi guru dalam mengajar, tentunya waktu yang amat pendek tidak dapat menjangkau seluruh kelas yang ada di MTsN 1 Pati.
Dengan total 33 rombongan belajar, mungkin hanya separo kelas yang bisa didampingi. Menurut hasil monitoring saya, setiap Miss Giulia mendampingi guru mengajar di dalam kelas, siswa merasa sangat bahagia karena bisa bertemu dengan orang asing yang mungkin hanya seumur hidup akan ditemui sekali itu saja.
Mereka merasa nyaman karena Miss Giulia sangat bersahabat, para siswa dianggap teman bukan murid sehingga mereka bebas berekspresi, dan juga merasa sangat bergairah mengikuti pembelajarannya.
Hal ini karena metode dan materinya disesuaikan dengan kemampuan siswa masing-masing. Akibatnya, di setiap yang saya kunjungi mereka serempak mengatakan,
“Pak… tolong Miss Giulia suruh ngajar kelasku lagi. Jangan diijinkan untuk kembali ke negaranya”. Bahkan di setiap kelas yang belum dikunjungi, para siswa seakan-akan melantunkan nyanyian protes kepada saya, “Pak… Miss Giulia suruh ke sini dong. Kenapa kelasku gak didampingi?” tanya mereka selalu. Maka, saya ambil inisiatif, di kelas-kelas yang tidak didampingi, siswanya saya kumpulkan untuk sekadar berkenalan, berfoto ria, dan meminta tanda tangannya.
Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri rupanya, siswa yang mendapat tanda tangan Miss Giulia. Sesampai di rumah langsung lapor kepada orang tuanya,
“Ayah, Bunda, saya baru saja mendapat tanda tangan dari orang Italia (Miss Giulia)”.
Adaptif, Ringan Tangan, dan Welcome
Saat ditanya oleh siapa pun tentang Indonesia, gadis berkulit putih yang trauma dengan binatang tokek dan cecak selalu menjawab dengan tegas “I like and I love Indonesia”.
Menurutnya, ada sikap bangsa Indonesia yang tidak ditemui di negara manapun yang pernah dikunjungi, yaitu sikap peduli dan gotong royong. Ia mengalami secara langsung, saat naik ojek di sebuah gunung, sepeda ojek yang dinaiki mogok, secara spontan orang-orang di sekitarnya membantu tanpa diminta, tanpa peduli itu saudara, teman atau tidak. Dari situlah pengalaman pribadi yang menambah keyakinannya bahwa bangsa Indonesia itu bangsa yang ramah, suka membantu, suka gotong royong, sehingga menjadi bangsa yang kuat dan disegani, dikagumi bangsa lain.
Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, tradisi, dan agama namun mereka hidup rukun, aman, dan tentram.
Saat ditanya perasaannya berada di MTsN 1 Pati, gadis kelahiran 1994 ini dengan sigap menjawab.
“I’m very happy. Saya sangat menikmati sekali, walaupun udaranya panas, namun siswanya, gurunya, lingkungannya, bahkan setiap orang yang ditemui sangat ramah, mereka baik hati, terutama para siswanya mempunyai semangat dan kemauan belajar yang tinggi dan luar biasa. Walau ada yang belum bisa berbahasa, tetapi mereka mau mencoba dan mencoba” begitu kira-kira yang ia katakan beberapa waktu lalu.
Bahkan ada satu keistimewaan di MTsN 1 Pati, sebuah madrasah yang berada di pelosok Desa Pekalongan, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati ini, yaitu adanya kelas International Digital Class (IDC) yang pembelajarannya serba digital. Menurutnya ini tidak banyak ditemui di berbagai sekolahan, terutama saat ia kuliah pun belum sampai seperti itu (ada IDC).
Saking senang dan menikmatinya, gadis yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia ini mencurahkan waktunya untuk siswa MTsN 1 Pati di luar jam kerjanya, terutama untuk siswa yang berada di asrama. Setiap malam mereka ditemani Miss Giulia untuk belajar dan saling tukar pengalaman bahkan ia tidak segan-segan belajar banyak hal yang ada di MTsN 1 Pati, misalnya belajar memainkan gamelan, berbahasa Arab, berbahasa Jawa, berbahasa Indonesia, dan berbahasa Jepang sekali pun.
Mereka dengan bahagia menikmati dan mengambil peluang yang ada, bahkan terkadang lupa waktu sampai malam.
Ternyata, volunteer itu sangat bermanfaat bagi kemajuan sebuah kembaga pendidikan di madrasah.
Dengan volunteer akan memberi warna tersendiri, akan meningkatkan semangat dan gairah belajar siswa dan guru, akan menambah nilai positif akan kemajuan suatu lembaga terutama di pengembangan bahasanya. Semoga tidak hanya sekali ini saya mendapatkan volunteer, dan semoga tidak hanya di MTsN 1 Pati, tetapi mengimbas kepada madrasah/sekolah lain.
Kekhawatiran saya tentang tidak bisa melayani dan tidak bisa memperlakukan orang asing dengan baik, ternyata tidak terbukti. Mereka welcome, mereka terbuka, mereka mudah beradaptasi, dan mudah dilayani.
Thank you Miss Giulia, terima kasih De Jevato, matur suwun Pak Sa’dun, dan sahabat-sahabat semua. Kalian telah memberikan yang terbaik untuk saya, semoga terbalaskan.
Wallahu A’lam.
(Ist/Sty)