PATI, Portaljateng.com – Wakil Ketua I DPRD Pati Joni Kurnianto menyebut alokasi anggaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati untuk penanganan Demam Berdarah Deungue (DBD) masih sangat minim, seperti saat ini kasus DBD mulai merebak dibeberapa wilayah.
Salah satu yang disayangkan oleh Joni Kurnianto, pencegahan DBD seperti fooging yang sudah lama tidak digalakkan. Karena menurutnya, fooging adalah langkah jitu pencegahan pengembangbiakan nyamuk.
Dirinya pun mendorong agar Dinas Kesehatan (Dinkes) mengalokasikan anggaran untuk penanganan ini. Terutama, dalam pembahasan bersama dengan Badan Anggaran (Banggar) DPRD agar bisa ditambahkan.
“Jadi kasus ini sudah pernah saya sampaikan ke Dinkes, saya ingatkan di musim penghujan seperti saat ini. Di penganggaran untuk penyemprotan atau pencegah demam berdarah itu sangat minim sekali. Kalau dihitung setahun itu sangat minim,” tegas Joni, Selasa (30/1).
Sebagai wakil rakyat, Politisi dari Partai Demokrat ini sering turun gunung sendiri dalam penanganan masalah DBD.
“Padahal itu penting. Akhirnya saya turun dengan biaya sendiri. Dinkes harus bisa menghitung anggaran,” tambahnya.
Selain dorongan ke Dinkes untuk menambah anggaran, Joni juga mengimbau agar masyarakat Pati sadar akan kebersihan lingkungan sekitar. Sebab, kata dia, ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan akan berdampak pada kesehatan dan penyakit seperti DBD.
“Masyarakat juga harus memperhatikan lingkungan agar tidak ada tempat pengembangbiakan nyamuk. Penyakit ini luar biasa bahaya,” tutup Joni.
Sementara itu Slamet, salah satu warga Desa Grogolan, Kecamatan Dukuhseti mengaku kecewa karena minimnya pencegahan DBD seperti fooging. Akibatnya, di wilayah desanya saat ini banyak dari anak-anak yang terkena DBD.
“Intinya kecewa dengan pemerintah karena sejauh ini tidak ada pencegah khususnya fooging. Kalau bisa ya segera dilakukan penyemprotan (fooging) supaya penyakit ini (DBD) tidak semakin meluas,” jelasnya.
Red