REMBANG, Portaljateng.com – Permasalahan perkawinan anak, kekerasan terhadap anak, dan Anak Tidak Sekolah (ATS) masih menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang. Bersama UNICEF, Pemkab Rembang telah meluncurkan berbagai program percepatan penanganan masalah anak.
Pada Kamis, (27/6), Adolescent Development and Gender Specialist UNICEF mengunjungi Kabupaten Rembang. Di aula Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Pemkab Rembang memaparkan progres terkini penanganan permasalahan anak.
Berdasarkan data yang dipaparkan Kepala Bappeda Rembang, Afan Martadi, kasus perkawinan anak setiap tahun mengalami penurunan. Pada 2023, terdapat 206 kasus perkawinan anak, turun dari 236 kasus di tahun sebelumnya.
Sementara itu, kasus kekerasan terhadap anak di 2023 tercatat sebanyak 7 kasus, menjadikan Rembang peringkat ketiga paling rendah se-Jawa Tengah.
Afan Martadi menjelaskan bahwa kunjungan UNICEF bertujuan memastikan adanya progres dari program-program penanganan masalah anak yang telah direncanakan dan ditargetkan bersama Pemkab Rembang. Salah satu program tersebut adalah pendampingan dan penanganan ATS.
“Dari UNICEF tentu saja ada pendampingan untuk disiplin positif di kalangan remaja, anak sekolah, dan di pesantren. Kami berkolaborasi dengan program yang sudah ada di Kabupaten Rembang, salah satunya adalah Gaspol 12,” jelasnya.
Adolescent Development and Gender Specialist UNICEF, Celine Herbiet, melalui penerjemahnya menyatakan bahwa pihaknya sangat senang dan berterima kasih atas program-program yang telah diluncurkan Pemkab Rembang dalam menangani permasalahan anak, terutama melalui kerjasama lintas sektoral.
Celine menilai kerjasama lintas sektoral dapat mengatasi hambatan yang menjadi latar belakang permasalahan anak, seperti kekerasan terhadap anak, pernikahan anak, masalah ekonomi, disabilitas, dan ATS.
“Kerja ini sifatnya koordinasi dan memastikan satu anak mendapatkan beberapa layanan. Saya senang mendengar bahwa rencana kerja tersebut akan diterapkan dalam program perencanaan dan anggaran, sehingga menjadi sesuatu yang berdasarkan bukti,” ucap Celine.
UNICEF bersedia memberikan bantuan teknis terkait penanganan ini, karena pekerjaan yang menyangkut koordinasi bukanlah hal mudah.
“Beliau sangat senang karena ini juga akan menjadi penanganan kesehatan dan kesejahteraan remaja,” pungkasnya.
Red